Indonesia, di lingkungan Asean, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17',5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi sctiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:
1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
Kalau disimak ternyata faktor-faktor tersebut dapat dibagi dua yaitu:
1. Yang bersifat ilmu kebidanan murni:
- Pelaksanaan pengawasan hamil belum menjangkau masyarakat menyeluruh dan bermutu.
- Pertolongan pertama hamil dan persalinan yang belum memadai.
- Lemahnya sistem rujukan.
2. Faktor sosial, yang meliputi:
- Gerakan keluarga berencana masih dapat ditingkatkan penerimaannya.
- Faktor gizi masyarakat belum mcmenuhi untuk kesehatan ibu hamil, dan menyusui.
- Pendidikan masyarakat yang masih rendah.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang diatami sebagian besar negara berkembang, maka WHO dan UNICEF di Alma Ata, Uni Sovyet 1978 telah menyelenggarakan pertemuan dengan menghasilkan gagasan untuk menerapkan "Primary health care" yaitu upaya kesehatan utama dengan teknologi berdaya guna dan tepat guna, sesuai dengan kemampuan masyarakat sehingga dicapai Health for all by year the 2000.
Gagasan Pelayanan Kesehatan Utama tersebut mempunyai unsur:
- Meningkatkan pelaksanaan pengawasan hamil.
- Meningkatkan penerimaan keluarga berencana.
- Meningkatkan gizi ibu hamil dan menyusui.
- Meningkatkan pelaksanaan imunisasi.
- Meningkatkan upaya kesehatan lingkungan.
- Meningkatkan upaya sistem rujukan.
- Menerapkan pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat.
Indonesia sebagai negara berkembang menerima gagasan pelayinan kesehatan utma dan memasukkannya ke dalam "Sistem Kesehatan Nasional" yang telah dikeinukakan tahun 1982. Mulai tahun itu pelayanan kesehatan kebidanan tidak terbatas ditingkat klinik tetapi telah menyebarkan upaya promotif, preventif dan rehabilitasi ke dalam gagasan Ilmu Kebidanan Sosial. Melalui gagasan ilmu kebidanan sosial, diharapkan dapat mengendalikan faktor dalam masyarakat sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Salah satu usaha yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu adalah menyebarkan "Bidan di desa dengan polindesnya" sesuai dengan gagasan Bapak Presiden Soeharto pada pembukaan "World congress on human reproduction, Nusa Dua, Bali 1994". Di masa yang akan datang "Bidan di Desa" diharapkan dapat memberikan pelayanan kebidanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dan sebagai pengganti "dukun beranak".
Pustaka
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar