Gangguan Perkembangan Saraf-Terkait Alkohol (Alcohol Related Neuro-developmental Disorder (ARNDI), yang dahulu dikenal sebagai Efek Alkohol pada Janin (Fetal Alcohol Effects (FAE)), meskipun bukan suatu diagnosis medis, istilah ini mengacu pada anak-anak yang mengalami masalah neurofisiologi akibat FAS, tetapi tidak mengalami kelainan wajah. Masalah yang sering muncul pada anak dengan gangguan ini mungkin tidak jelas sampai anak tersebut mencapai usia sekolah atau bahkan sampai bertahuntahun kemudian ketika ia sering mengalami kesulitan dalam bekerja dan sering berlawanan dengan aturan hukum.
Jumlah dan lama pajanan intrauterin pada alkohol, yang diperlukan untuk menimbulkan efek-efek tersebut belum diketahui, meskipun hubungan respons-dosis biasanya terjadi. Pajanan yang besar berhubungan dengan efek yang lebih serius (Streissguth, 1989). Kemampuan metabolisme alkohol yang berbeda-beda pada ibu menyebabkan jumlah bayi yang ibunya peminum berat alkohol selama masa hamil, tetapi bebas dari sindrom ini, besar. Jumlah nainuman yang dikonsumsi selama periode or-ganogenesis dan sensitivitas genetik juga dapat berperan. Wanita hamil yang mengonsumsi alkohol satu gelas atau lebih per hari berisiko mengalami aborsi spontan sampai dua kali lipat (Harlap & Shiono, 1980) dan setiap dua gelas alkohol yang dikonsumsi di kehamilan tahap lanjut akan membuat berat lahir berkurang sebesar 160 gr (Little, 1977).
Pertanyaan tentang penggunaan alkohol dapat diajukan pada saat yang tepat selama wawancara prakonsepsi. Kadang-kadang diskusi bermula ketika dokter menanyakan penggunaan alkohol dan obat-obatan pada orang tua. Anda dapat bertanya, "Dapatkah Anda ceritakan sedikit tentang pengalaman Anda dengan alkohol?" dan diikuti dengan, "Berapa usia Anda ketika pertama kali mengonsumsi sesuatu yang berbau alkohol? Kapan Anda mulai serius mengonsumsinya? Berapa banyak yang Anda minum saat ini?"
Sejauh ini tidak ada kesepakatan tentang definisi alkoholisme. Namun, ada dua pedoman, yaitu mengonsumsi 12 gelas alkohol atau lebih per minggu atau jumlah yang diminum sampai wanita merasa mabuk (8 ons bir setara dengan 5 ons anggur setara dengan 11/2 ons alkohol murni-80). Wanita yang mengonsumsi tiga gelas alkohol atau lebih dan belum merasa mabuk dapat dikategorikan pemabuk karena kebanyakan wanita merasakan efek alkohol setelah minum dua gelas alkohol.
Apabila Anda menduga bahwa klien minum terlalu banyak, tanyakan klien, "Apakah Anda bermasalah dengan minuman?" ("Masalah minum" lebih mudah dipahami dan diterima daripada "alkoholisme"). Apabila klien merasa hal ini bukan masalah, tanyakan, "Apa yang akan membuat Anda merasa bahwa Anda kecanduan alkohol?" Pertanyaan ini akan mengidentifikasi keyakinan yang menghambatnya menyadari bahwa ia memiliki masalah dengan alkohol.
Sebagai contoh, seorang wanita yang sedang mengandung lima bulan dan bekerja pada shift sore mengonsumsi 40 ons bir setiap malam sepulang bekerja. Ia merasa perlu mengonsumsi bir supaya dapat tidur. Ia tidak merasa bahwa ia kecanduan. Ketika ditanya, apakah hal ini menjadi masalah, ia menjawab "Minum alkohol setiap hari sudah seperti saudara bagi saya".
Klinisi sering segan menanyakan penggunaan alkohol karena takut hal ini akan membuat klien merasa bersalah. Informasi kritis yang didapat bergantung kepada hal yang ditanyakan. Membina hubungan baik dengan klien dan menggunakan cara yang sesuai untuk mengenalkan subjek ini merupakan faktor kunci. Akan sangat membantu bila pendekatan dimulai dengan membicarakan sekitar topik yang akan ditanyakan. Tanyakan, "Bagaimana alkohol memengaruhi hidup Anda dulu?" Beri klien kesempatan bercerita tentang cara ia tumbuh dalam keluarga yang alkoholik, tentang kecanduannya, dan penggunaan alkohol oleh orang-orang yang dekat dengannya baru-baru ini.
Pastikan untuk menanyakan konsumsi alkohol kepada orang tua. Asupan alkohol yang tinggi meningkatkan kemungkinan penyalahgunaan dan penggunaan obab-obatan terlarang.
Pustaka
Perawatan Pranatal & Pascapartum - Buku Saku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar