a. ABC. Prioritas resusitasi yang segera adalah sama tanpa memedulikan keadaan kehamilan pasien. Penatalaksanaan awal ditujukan pada tindakan resusitasi dan stabilisasi ibu, mengingat jiwa janin bergantung sepenuhnya pada ibu.
b. Potensial bagi gangguan jalan napas dan pertukaran gas. Penuhi, keamanan, dan pertahankan jalan napas yang paten. Berikan oksigen 15 L melalui masker nonrebreather yang dipasang ketat, sekalipun tanda-tanda distress pernapasan belum terlihat; tindakan ini akan mengurangi atau mencegah terjadinya hipoksia maternal. Ventilasi dengan masker bag-valve, dapat meningkatkan risiko aspirasi akibat pengosongan lambung yang terlambat. Intubasi dini sebaiknya dikerjakan untuk melindungi jalan napas ketika diperlukan bantuan ventilasi.
c. Potensial untuk perdarahan maternal, defisit volume vaskular, dan hipoksia sel yang berkaitan dengan renjatan.
- Mempertahankan kecukupan volume yang beredar dengan pemberian larutan salin normal dan Ringer laktat. Pasien cenderung mengalami edema paru dengan penggantian cairan yang berlebih karena penurunan tekanan osmotik koloid dan tendensi perembasan plasma dari kompartemen vaskular.
- Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan profil trauma, yaitu: hitung darah lengkap, tes koagulasi, urinalisis, pemeriksaan golongan darah atau pencocokan-silang (cross- match).
- Dokter harus memberikan obat dengan hati-hati kepada pasien hamil karena berpotensi efek toksik pada janin atau cenderung mengalihkan aliran darah dari uterus. .
- Hipotensi berat: pertimbangkan penggunaan PASG (pneumatic anti-shock garment) yang dipompa di sekeliling tungkai.
d. Trauma dada memerlukan pemasangan chest tube yang sudah dimodifikasi—yaitu, lebih tinggi 1-2 ruang sela iga dari tempat normal—karena diafragma yang meninggi pada wanita hamil.
Pustaka
Panduan Belajar Keperawatan Emergensi Oleh Kathleen S. Oman, Jane Koziol-McLain & Linda J. Scheetz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar