- Maulage ringan tulang kepala, tanpa bahaya pada susunan saraf pusat
- Kaput suksedaneum, yang akan menghilang dalam waktu 3 sampai 5 hari
- Menelan air ketuban dan dapat dikeluarkan saat membersihkan jalan napas.
Komplikasi ringan pada ibu adalah luka episiotomi atau ruptura perineum dan perlukaan pada portio. Seluruh komplikasi persalinan spontan belakang kepala (B) dapat diatasi, sehingga tidak mengganggu fungsi alat vital. Berbeda dengan komplikasi tindakan operasi kebidanan menimbulkan bahaya berkelanjutan sampai dengan kematian.
Komplikasi operasi kebidanan dapat dirinci:
1. Komplikasi pada ibu.
Terjadi "trias komplikasi" ibu, yaitu perdarahan, infeksi, dan trauma jalan lahir.
a. Perdarahan.
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling gawat, memerlukan transfusi darah dan merupakan penyebah kematian ibu yang paling utama. Penyebab perdarahan pada tindakan operasi adalah:
- Atonia uteri: sumber perdarahan berasal dari implantasi plasenta
- Robekan jalan lahir: ruptura uteri, robekan serviks, robekan fornik (kol-foporeksis), robekan vagina, robekan perineum, dan perforasi-kuretage semuanya dapat menimbulkan perdarahan ringan sampai berat
- Perdarahan karcna mola hidatidosa/korio karsinoma
- Gangguan pembekuan darah: kematian janin dalam rahim melebihi 6 minggu, pada solusio plasenta, dan emboli air ketuban
- Retensio plasenta atau plasenta rest: gangguan pelepasan plasenta menimbulkan perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
b. Infeksi.
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh:
- Keadaan umutn yang rendah: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intra-uterin, sudah terdapat infeksi
- Perlukaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri
- Terdapat retensio plasenta atau plasenta rest
- Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.
Semua faktor tersebut dapat memudahkan terjadinya infeksi.
c. Trauma tindakan operasi persalinan.
Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan dijabarkan sebagai berikut:
- Perluasan luka episiotomi
- Perlukaan pada vagina
- Perlukaan pada serviks
- Perlukaan pada forniks-kolpoporeksis
- Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap
- Terjadi fistula dan inkontinensia.
Bersama-sama dengan atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan jalan lahir karena trauma persalinan menimbulkan perdarahan. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan diperlukan evaluasi dan observasi. Trauma tindakan operasi persalinan yang paling berat adalah ruptura uteri dan kolpoporeksis.
2. Komplikasi pada bayi.
Terjadi trial komplikasi bayi dalam bentuk: asfiksia, trauma tindakan, dan infeksi.
a. Asfiksia.
- Tekanan langsung pada kepala: menekan pusat-pusat vital pada medula oblongata
- Aspirasi: air ketuban, mekoneum, cairan lambung
- Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.
b. Trauma langsung pada bayi.
- Fraktura ekstremitas
- Dislokasi persendian
- Paralisis Erb
- Ruptura alat vital: hati atau lien bayi, robekan pada usus
- Fraktura tulang kepala bayi
- Perdarahan atau edema jaringan otak
- Trauma langsung pada mata, telinga, hidung dan lainnya.
c. Infeksi.
- Infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
Dalam melakukan operasi persalinan pervaginam harus memperhitungkan keuntungan dan kerugian. Seksio sesarea merupakan tindakan operasi persalinan yang paling ringan komplikasinya dan tidak mempunyai trauma terhadap bayi.
Tindakan Operasi Kebidanan
Bidan yang menjadi harapan pada pertolongan persalinan dengan tenaga terlatih melalui partograf WHO dipandang perlu mengetahui operasi persalinan dalam keadaan darurat. Oleh karena itu, berikut ini akan dijabarkan beberapa operasi teknik kebidanan.
Pustaka
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar