Kamis, 28 Oktober 2010

Prinsip pemeriksaan harian pada bayi

Artikel obstetri ini membahas tentang pemeriksaan harian terhadap bayi serta peran dan tanggung jawab bidan berkaitan dengan hal tersebut. Bidan bertanggung jawab untuk memastikan perkembangan optimal bayi selama periode pascanatal. Pemberian saran tentang cara perawatan bayi pada ibu merupakan hal yang sangat penting (UKCC, 1998) untuk memfasilitasi hal tersebut. Untuk membantu bidan dalam memberikan saran yang terbaik, perkembangan bayi dari hari ke hari perlu diperhatikan, dengan cara bertanya pada ibu tentang perkembangan bayinya dan dengan memeriksa bayi sesuai kebutuhan. Pemeriksaan harian bukan pemeriksaan fisik seperti pada saat lahir; karena abnormalitas fisik yang nyata sudah dikenali sebelumnya. Pemeriksaan harian berguna untuk mengkonfirmasi bahwa perkembangan normal telah terjadi dan bahwa penyimpangan dari normal yang terjadi sejak lahir dapat dideteksi dan diobati secara dini.

Prinsip pemeriksaan harian
Pemeriksaan harus dilakukan secara berurutan, pastikan bahwa bayi tidak kedinginan, pajankan hanya bagian tubuh yang akan diperiksa. Akses dan pencahayaan yang cukup merupakan hal yang penting.

Persetujuan tindakan
Bayi tidak dapat memberikan persetujuan tindakan sehingga bidan harus menjelaskan prosedur tersebut kepada orang tua dan meminta persetujuan tindakan dari mereka. Idealnya, pemeriksaan ini dilakukan dengan dihadiri salah satu atau kedua orang tua sehingga diskusi dapat dilakukan sejalan dengan berlangsung pemeriksaan dan orang tua dapat ditanyakan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat memengaruhi saran yang akan diberikan kepada mereka berkaitan dengan perawatan bayi mereka.

Menurunkan risiko infeksi
Bayi yang baru lahir merupakan "pejamu yang baik" pada saat lahir, berisiko mengalami infeksi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Oleh karena itu, mencuci tangan sebelum memeriksa bayi merupakan hal yang sangat penting, untuk mengurangi risiko infeksi pada bayi. Bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan cairan tubuh bayi, bidan harus memakai sarung tangan untuk melindungi diri.

Perilaku
Diskusikan aktivitas bayi dengan orang tuanya, misalnya, apakah bayi aktif, mengantuk, tidak tenang, apakah banyak menangis, bagaimana tangisannya, apakah bayi mudah ditenangkan? Pola minum bayi dan jumlah dan jenis eliminasi yang dihitung dari jumlah popok yang basah dan kotor juga dapat didiskusikan.

Observasi bayi
Observasi bayi, perhatikan warna kulit, pola napas dan gerakan ekstremitas. Seluruh tubuh bayi harus tampak merah muda, mengindikasikan perfusi perifer yang baik. Bila bayi berpigmen gelap, tanda-tanda perfusi perifer dapat dikaji dengan mengobservasi membran mukosa, telapak tangan dan kaki. Sianosis dengan atau tanpa tanda-tanda distres pernapasan harus segera dilaporkan pada dokter anak. Bila bayi tampak pucat, laporkan segera kepada dokter karena dapat mengindikasikan adanya penyakit. Normal bagi bayi untuk mengalami ikterik fisiologis, yaitu warna kuning pada kulit (dan terkadang juga pada sklera dan lapisan mukosa). Ikterik fisiologis biasanya mulai muncul pada hari ketiga dan lebih jelas lagi pada dua hari berikutnya sebelum mulai menghilang pada hari ketujuh. Bila ikterik memberat dan meluas, terutama bila bayi tampak sangat mengantuk atau tidak mau minum, kadar bilirubin serum harus diukur.

Perkiraan klinis tingkat ikterik dapat bersifat tidak akurat dan dipengaruhi oleh pencahayaan, kemampuan reflektif dari benda-benda di sekitar bayi dan aliran darah perifer (Johnston, 1998). Pola napas juga harus diperiksa, pernapasan normal adalah antara 30-50 kali per menit yang dihitung pada saat bayi tenang dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan. Bila bayi aktif, keempat ekstremitas harus dapat bergerak bebas.

Kepala
Dengan menggunakan ujung jari, raba seluruh garis sutura dan fontanel. Moulding harus sudah menghilang dalam 24 jam kelahiran. Fontanel anterior harus teraba datar. Bila cembung, dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial; sedangkan fontanel yang cekung dapat mengindikasikan adanya dehidrasi. Sambil meraba sekeliling kepala, perhatikan adanya pembengkakan. Sefalhematoma pertama kali muncul pada 12 sampai 36 jam setelah lahir dan cenderung semakin besar ukurannya, diperlukan waktu sampai 6 minggu untuk dapat hilang. Adanya memar atau trauma sejak lahir juga harus diperiksa untuk memastikan bahwa proses penyembuhan sedang terjadi dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

Mata
Inspeksi mata untuk memastikan bahwa keduanya bersih, tanpa tanda-tanda rabas. Jika terdapat rabas, mata harus dibersihkan, dan usapannya dapat diambil jika diindikasikan dan pada orang tua harus diperlihatkan bagaimana cara membersihkan mata, lakukan rujukan bila perlu.

Mulut
Pemeriksaan mulut memerlukan pencahayaan yang baik, dan harus terlihat bersih dan lembap; adanya bercak putih harus diperiksa lebih jauh, karena hal ini dapat, mengindikasikan terjadinya infeksi jamur. Bila bayi baru diberi minum, lepuh karena isapan dapat terlihat pada bibir. Hal ini dapat terlihat seperti pengelupasan kulit pada bibir, tetapi dalam hal ini tidak diperlukan pengobatan.

Kulit
Warna kulit harus dikaji seperti telah dijelaskan di atas. Kulit harus diperiksa untuk adanya ruam, bercak, memar atau tanda-tanda infeksi atau trauma.

Toksikum eritema tampak seperti bintil-hintil merah yang tidak berbahaya seperti milia. Namun, bercak septik harus dideteksi secara dini dan dilakukan pengobatan bila perlu. Periksa juga adanya ekskoriasi yang dapat terjadi akibat gesekan dengan seprai atau pakaian, atau ekskoriasi pada bokong terjadi akibat luka bakar amoniak. Kuku diperiksa untuk adanya paronisia.

Umbilikus
Tali pusat dan umbilikus harus diperiksa setiap hari untuk adanya tanda-tanda pelepasan dan infeksi. Tali pusat biasanya lepas dalam 5-16 hari; potongan kecil tali pusat dapat tertinggal di umbilikus, yang harus diperiksa setiap hari. Tanda awal infeksi di sekitar umbilikus dapat dideteksi dengan adanya kemerahan di sekitar umbilikus; tali pusat dapat berbau busuk dan menjadi lengket.

Berat badan
Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-10. Bayi dapat ditimbang pada hari ke-3 atau ke-4 untuk mengkaji jumlah penurunan berat badan, tetapi bila bayi tumbuh dan minum dengan baik, hal ini tidak diperlukan. Sebaiknya dilakukan penimbangan pada hari ke-10 untuk memastikan bahwa berat badan lahir telah kembali. Sambil menimbang bayi, yakinkan orang tua bahwa bayinya tumbuh, penurunan berat badan bayi atau berat badan yang naik dengan lambat dapat menjadi sumber ansietas bagi orang tua.

Setelah pemeriksaan
Setelah pemeriksaan selesai, pakaikan kembali pakaian bayi dan catat hasilnya. Hasil pemeriksaan digunakan sebagai dasar pemberian saran untuk orang tua berkaitan dengan perkembangan dan pemberian asuhan pada bayi. Semua penyimpangan dari normal harus ditindaklanjuti secara tepat.

Prosedur pemeriksaan harian terhadap bayi

- Awali dengan mendiskusikan perkembangan bayi dengan orang tua
- Jelaskan prosedur; minta persetujuan tindakan dari orang tua
- Diskusikan perilaku dan aktivitas bayi dengan orang tua
- Cuci tangan dan bila perlu pakai sarung tangan
- Pencahayaan harus baik dan bayi harus selalu dalam keadaan hangat
- Observasi warna dan tampilan umum bayi
- Periksa kepala, mata, mulut, dan umbilikus bayi
- Bila perlu timbang berat badan bayi
- Pakaikan kembali pakalan bayi
- Diskusikan hasil pemeriksaan dengan orang tua
- Dokumentasikan basil pemeriksaan dan lakukan tindakan yang sesuai

Peran dan tanggung jawab bidan
Secara ringkas peran dan tanggung jawab bidan adalah sebagai berikut:
- Melakukan pemeriksaan harian, secara benar dan menyeluruh, lakukan rujukan bila perlu
- Memberi penyuluhan dan dukungan pada orang
- Melakukan pencatatan dengan baik.


Sumber Pustaka
Buku Ajar: Praktik Kebidanan; (Skills for Midwifery Practice) Oleh Ruth Johnson, Wendy Taylor

Inspeksi Vulva: Kelainan pada pemeriksaan vagina

Vulva harus selalu diamati dengan cermat apabila sedang melakukan palpasi abdomen atau pemeriksaan vagina; apakah ini pada waktu antenatal, pada saat persalinan, ataukah setelah kelahiran bayi.

Beberapa kelainan yang mungkin dijumpai adalah:
1. Pruritus vulva. Iritasi yang kuat yang dirasakan oleh wanita mungkin sebagai akibat dari glikosuria atau moniliasis. Uji diagnostik dilakukan terhadap urine maupun usapan vagina. Vulva merah dan garukan dapat menyebabkan infeksi kulit.

2. Varises vena. Varises lebih sering dijumpai pada multigravida (multipara), ibu yang mengalami hidramnion atau kehamilan ganda. Varises ini sebagian disebabkan oleh aliran balik vena yang terganggu dan gangguan ini mengalami kekambuhan karena relaksasi dinding vasa akibat pengaruh progesteron dan sebagian karena peningkatan volume darah yang beredar. Varises ini dapat terasa sangat sakit dan pengobatannya sebagian terletak pada pemasangan bantalan perineum yang kencang untuk memberikan penopang sambil menasehatkan wanita tersebut untuk beristirahat dengan posisi rekumben sebanyak mungkin. Dapat timbul bahaya ruptur varises tersebut. Kelainan ini berhubungan dengan varises tungkai bawah, hemoroid dan edema.

3. Edema. Edema berhubungan dengan varises vena vulva, dan edema ini lebih sering dijumpai pada preeklampsia. Pengobatannya adalah pengobatan pre-eklampsianya. Apabila terdapat edema pada satu labium, maka permukaan dalam perlu diperiksa untuk mengesampingkan adanya syangkroid sililitikum (ulkus durum).

4. Kutil vulva. Kelainan ini umumnya berhubungan dengan infeksi virus dan kutil (verruca) ini menyebar merata pada saat kehamilan. Verruca tersebut kadang-kadang berhubungan dengan infeksi trikomoniasis. Verruca vulva juga disertai dengan gonore atau verruca tersebut mungkin adalah kondilomata sifilitika. Harus dibuat diagnosis banding dan kemudian diperlukan pengobatan yang sesuai.

5. Pembengkakan vulva paling sering berhubungan dengan sumbatan ductus Bartholini yang terinfeksi, perlu dikesampingkan adanya gonore sebagai penyebab abses Bartholini, tetapi gonore ini bukan merupakan satu-satunya penyebab.

6. Rasa sakit pada vulva atau herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes simplex atau syangkroid sifilitikum (ulcus durum), kedua keadaan ini perlu diagnosis dan pengobatan yang spesifik.

7. Hematoma vulva timbul segera setelah persalinan selesai. Perdarahan ke dalam jaringan subkutan vulva dan/atau pada dinding vagina disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah. Hematoma vulva juga mungkin terjadi karena trauma karena tekanan atau berhubungan dengan perbaikan robekan perineum atau episiotomi. Ibu yang baru raja melahirkan akan mengeluh merasa sakit dan hal ini sangat mungkin mengalami syok derajat tertentu yang tidak berhubungan dengan besarnya hematoma. Diperlukan transfusi darah untuk mengatasi syok dan perdarahan yang lebih berat. Hematoma tersebut akan memerlukan drainase dan penjahitan kembali yang biasanya dilakukan dengan anestesi umum, kecuali bila hematoma tersebut keci I dan hanya menunjukkan gejala-gejala yang ringan. Wanita tersebut akan sangat takut dan perlu ditemahi oleh petugas kesehatan, serta diberikan nasehat yang membesarkan hati sambil menunggu pembedahan.

8. Sikatriks (jaringan parut) vulva. Sikatriks vulva yang paling sering ditemukan selama pemeriksaan vulva adalah sikatriks perineum karena sikatriks episiotomi yang sudah sembuh, tetapi sikatriks bagian anterior berhubungan dengan robeknya jaringan di tempat pernah dilakukan sirkumsisi wanita.

Sumber Pustaka
Anatomi and Fisiologi Terepan dalam Kebidanan Oleh Sylvia Verrals

Jumat, 22 Oktober 2010

Hiperemesis Gravidarum

Ibu hamil pada trimester I sering mengalami emesis, mual, dan muntah yang berlebihan. Sebagian ibu hamil tidak dapat mengatasi mual muntah, sampai terjadi hiperemesis gravidarum yang berkelanjutan, mengganggu kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Mual dan muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah ke jaringan terhambat. Jika hal ini terjadi, maka konsumsi O2 dan makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan makanan dan 02 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat memengaruhi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. Pada kasus semacam ini diperlukan penanganan yang serius.

Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil, sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai akibatnya terjadilah dehidrasi.

Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab hiperemesis gravidarum.
1. Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ibu akibat peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya viii khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.
3. Faktor psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pckerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya.
4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan sebagainya.

Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Sampai saat ini tidak ada kesepakatan mengenai batasan seberapa banyak mual dan muntah yang dikeluarkan pada hiperemesis gravidarum. Akan tetapi, apabila mual dan muntah berpengaruh terhadap keadaan umum ibu, sudah dianggap sebagai hiperemesis. Tingkat hiperemesis gravidarum antara lain.

1. Hiperemesis Gravidarum Tingkat I
a. Termasuk tingkat ringan.
b. Mual muntah terus-menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan nyeri pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, serta mata cekung.

2. Heperemesis Gravidarum Tingkat II
a. Termasuk tingkat sedang.
b. Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, apatis, turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan darah inenurun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat juga terjadi aseton uria, serta napas bau aseton.

3. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
a. Termasuk tingkat berat.
b. Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi teraba lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah turun, serta terjadi ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal, berupa: memengaruhi susunan saraf pusat, ensefalopati Wernicke dengan adanya nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.

King menyampaikan rumus tentang pengobatan hiperemesis gravidarum sebagai berikut.
a. Rumus keseimbangan tentang upaya penyembuhan hiperemesis gravidarum.

b. Dasar pengobatan
• Fisik ditandai dengan keton bodi dan berat badan turun.
• Faktor psikologis dapat memegang peranan penting dalam penyembuhan.

c. Tujuan penyembuhan
• Menghilangkan faktor psikologis dengan KIE/KIEM.
• Memberikan pengobatan gangguan fisik, di antaranya keberadaan keton bodi (asetan) dan turunnya berat badan.
d. Rumus King: W + P + T/F + Ps

W : Waktu kehamilan, makin tua makin cepat sembuh.
P : Faktor psikologis kehamilan.
T : Terapi keseimbangan fisik:
• Keseimbangan cairan dengan substitusi cairan.
• Pengobatan dengan:
-Antiemesis.
-Psikologis dengan obat penenang.

e. Faktor penghambat
F : Faktor gangguan keseimbangan fisik dan metabolisme yang menjurus pembentukan keton bodi.
Ps : Faktor gangguan keseimbangan psikologis yang mempengaruhi kehamilan.

Dalam memberikan terapi hiperemesis gravidarum, tidak didapatkan angka yang dimasukkan dalam rumus. Pengobatan hiperemesis gravidarum merupakan pengobatan fisik dan psikologis yang seharusnya diberikan secara seimbang.

Sumber Pustaka
- Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis Oleh Ratna Hidayati
- Kepaniteraan Klinik Obsterri & Ginekologi

Syok Obstetri

Syok obstetri adalah keadaan syok pada kasus obstetri yang kedalamannya tidak sesuai dengan perdarahan yang terjadi. Dapat dikatakan bahwa syok yang terjadi karena kombinasi:
• akibat perdarahan,
• akibat nyeri.

Syok adalah ketidakseimbangan antara volume darah yang beredar dan ketersediaan sistem vascular bed sehingga menyebabkan terjadinya:
1. Hipotensi.
2. Penurunan atau pengurangan perfusi jaringan atau organ.
3. Hipoksia sel.
4. Perubahan metabolisme aerob menjadi anaerob.

Dengan demikian, dapat terjadi kompensasi peningkatan detak jantung akibat menurunnya tekanan darah menuju jaringan.
Jika ketidakseimbangan tersebut terus berlangsung, akan terjadi:

1. Semakin menurunnya aliran 02 dan nutrisi menuju jaringan.

2. Ketidakmampuan sistem sirkulasi unruk mengangkut CO2 dan hasil maabolisme lainnya sehingga terjadi timbunan asam laktat dan asam piruvat di jaringan tubuh dan menyebabkan asidosis metabolik.

3. Rendahnya aliran 02 menuju jaringan akan menimbulkan metabolisme anaerob yang akan menghasilkan produk samping:
a. Timbunan asam laktat
b. Timbunan asam piruvat

Dampak gagalnya siklus Kreb adalah hipoksia sel yang terlalu lama yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada sistem enzim sel dan metabolisme sel.


Klasifikasi Syok
1. Syok hipovolemik

a Syok akibat Perdarahan:
Pada obstetri disebabkan oleh:
• Perdarahan pada abortus

• Perdarahan antepartum
- Plasenta previa
- Solusio plasenta

Perdarahan postpartum

• Perdarahan akibat trauma jalan lahir
- Perdarahan pada ruptur serviks
- Perdarahan robekan vagina
- Perdarahan ruptur uteri'
- Perdarahan operasi obstetri

Pada Ginekologi:
• Perdarahan disfungsional uteri
• Perdarahan pada hamil ektopik
• Perdarahan pada keganasan
• Perdarahan pada ovarium
• Perdarahan pada operasi ginekologi

b. Syok akibat kehilangan cairan

• Hiperemesis gravidarum

• Kehilangan cairan akibat
-Diare
-Pemakaianobat diuretik

• Syok akibat pengeluaran cairan asites yang terIalu banyak dan mendadak

c. Supine hypotensive syndrome
• Syok berkaitan dengan kompresi uterus pada vena cava inferior sehingga aliran darah yang menuju atrium kanan berkurang.

d. Syok berkaitan dengan disseminated intravascular coagulation.
• Emboli air ketuban
• Syok karena terdapat IUF dead

2. Syok sepsis (endatoxin shock)
a. Infeksi dengan masuknya endotoksin yang berasal dari dinding bakteri gram-negatif.
b. Endotoksin dapat menimbulkan mata rantai gangguan pada berbagai organ sehingga menimbulkan sindrom Syok sepsis.
c. Komplikasi yang paling sering berkaitan dengan syok sepsis:
• Abortus infeksius
• Korioamnionitis
• Pielonefritis
• Endometritis postpartum

3. Syok kardiogenik
a. Kegagalan ventrikel kiri
• Akibat cardiac arrest atau ventrikel fibrilasi
• Infark miokard

b. Kegagalan pengisian vanrikel kiri:
• Tamponade jantung–akibat emboli pada jantung
• Emboli paru
- Lepasnya embolus dari flebitis interna.
- Pada operasi ekstensif pelvis–operasi radikal.

4. Syok neurogenik
a. Akibat zat kimia–aspirasi dari cairan atau isi lambung.
b. Akibat obat-obatan–anestesi spinal.
c. Inversio uteri—kolaps vasomotor.
d. Gangguan eiektrolit–hiponatremia–kekurangan ion Na.

Sumber Pustaka
- Pengantar Kuliah Obstetri
- Kepaniteraan Klinik Obsterri & Ginekologi

Selasa, 19 Oktober 2010

Soal-soal ujian UKDI obstetri ginekologi FK UNSRI

Soal-soal ujian Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) obstetri ginekologi FK UNSRI
1. Seorang wanita G3P2A0 40 th, 30 minggu, nyeri kepala, tangan kesemutan, penglihatan
kabur, TD: 170/100, kaki bengkak, Diagnosis:
a. Eklampsi c. hipertiroid e. Preeklamsi berat
b. Hipertensi d. nefrotik sindrom

2. Hamil 28 minggu, nyeri pinggang bawah, cairan dari vagina (+), warna merah hitam.
Diagnosa :
a. Plasenta previa c. KPSW e. Prolong labour
b. Solusio placenta d. Preterm labour

3. Wanita muda hamil G P A0. Kel sakit perut bawah, vital sign dbn. Janin teraba 3 bagian
besar, vital sign N, ballotement (+) 2. Kasus apa?
a. Gemelli b. Hidrocephalus c. Hidroamnion

4. Seorang wanita, G2P1A0, hamil 12 minggu, datang untuk pemeriksaan rutin kehamilan.
Riwayat kehamilan pertama lahir spontan, hidup, berat badan normal. Saat ini anak telah
berusia 3 tahun, sehat. Anamnesis tambahan untuk risiko anemia pada ibu
a. Menanyakan kebiasaan dietnya
b. Riwayat anemia defisiensi Zn saat kehamilan yang lalu
c. Apakah anak yang sekarang anemia
d. Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum kehamilan
e. Riwayat minum obat-obatan sebelum dan selama kehamilan ini

5. Tindakan untuk presbo, bukaan 1-2cm, BB 3000gr
a. versi ekstraksi c. perasat branc andru
b. versi luar d. manuver mc.flourer

6. Wanita mau melahirkan, sudah lewat fase laten....
→ fase aktif akselerasi

7. Wanita 28 tahun nyeri perut tiba-tiba, telat haid 2 bulan. (Ada ciri-ciri KET). Nyeri
disebabkan:
→ massa pada cavum Douglas yang nyeri dan berdarah

8. Wanita 45 tahun mengeluh sesak nafas, pemeriksaan laboratorium: SGOT dan SGPT
normal, parameter yang lain juga normal. Hanya dijumpai cairan di bawah diafragma.
Ditemukan tumor ovarium dan kepadatan di peritoneum. Sindrom apakah ini
a. Sindrom Eisenmenger c. Sindrom Nefrotik e. Sindrom Cartegener
b. Meig syndrome d. Sindrom Hepatorenal

9. Pemeriksaan untuk diagnosis posisi punggung fetus
a. Leopold I c. Leopold IV e. Leopold III

b. Leopold II d. Periksa dalam

10. Laki-laki 25 tahun G1P0A0 hamil 8 bulan dibawa ke bidan UGD karena hipertensi dan
tungkai bengkak. Riwayat kejang (-), tekanan darah 160/110; edema, proteinuria.
Bagaimana penanganannya?
a. Infus D5% + MgSO4 d. Fenobarbital 30 mg oral
b. Diazepam 10 mg i.m. e. Observasi ketat di ICU
c. MgSO4 4 gram dalam D40% i.m.

11. Wanita 38th, punya 3 anak, 1 anak masih balita, datang ke praktek dokter untuk KB, alasan
yang tepat untuk KB nya
a. Menjarangkan kehamilan d. Menerapkan NKKBS
b. Menunda kehamilan e. Menjaga ibu tetap sehat
c. Menyudahi jumlah anak

12. Wanita 22th, nyeri perut hebat (syok ), TD 80/60, N teraba lemah, palpasi: abd tegang,
amenore 2 bln. Diagnosa
a. Peritonitis appendix d. Salphinggitis akut
b. Peritonitis umum e. Abortus iminens
c. Ruptur tuba

13. Seorang wanita 30 tahun sudah menikah 6 tahun, haid terlambat 2 bulan. KU= pucat,
lemas, akral dingin dan mengeluh nyeri perut tiba2. TD: 90/50 mmhg, nadi 100x/ menit,
RR= 24x/menit, Hb: 7 g/dl. Keadaan yg paling mungkin pada pasien :
a. KET c. Kolestitis akut e. Cystitis
b. Appendicitis acute d. Pankreatitis

14. Wanita 30 tahun G3P2A0 mengeluh mulas-mulas sejak 20 jam. Kehamilan cukup bulan,
sudah dipimpin mengedan selama 3 jam oleh paraji (dukun beranak) Kepala anak sudah
engaged di H4. Tindakan yang harus dilakukan:
a. SC c. Vakum e. observasi
b. pimpin mengedan d. ekstraksi forceps

15. Seorang wanita umur 20 tahun datang ke dokter pada tanggal 12januari 2008, ingin
memeriksakan kehamilan. HPHT 17 Mei 2007, dari PF didapatkan janin tunggal hidup
presentasi kepala, kepala belum masuk PAP, punggung kiri, belum inpartu, letak
punggung kiri didapatkan dari pemeriksaan
a. Leopold I c. Leopold III e. Pemeriksaan dalam
b. Leopold II d. Leopold IV

16. Seorang wanita ingin memeriksakan kehamilannya (8 bulan). Dari pemeriksaan: TD
150/90 mmHg, pemeriksaan urin +1. Pada pasien ini menderita:
a. tidak ada kelainan c. PEB e. Eklampsia
b. PER d. Hipertensi

17. Ibu P2A1, setelah KET 1 bln, dtg untuk KB 3 thn. Suami tdk mau kondom/pantang berkala.
KB efektif:
a. IUD (KI) b. KB Depoprovera c. KB Estrogen d. KB Pil

18. ♀, G2P1, mengalami KET. 1 bulan kemudian ingin memakai kontrasepsi yang efektif
supaya tidak hamil. Suami tidak ingin memakai kondom dan pantang berkala. Alat
kontrasepsi apakah yang efektif...
a. Kontrasepsi IUD b. Kontrasepsi levodopa
c. Kontrasepsi susuk d. Kontrasepsi kombinasi (cycloform)

19. Wanita dipimpin mengedan, 3 jam, his masih bagus, panggul relatif sempit. Tindakan
a. Partus percobaan b. SC c. induksi

Sumber
www.dokternida.blogspot.com

Kamis, 14 Oktober 2010

Penggunaan Uterotonika Yang Benar: Ergonovine, Oxytocin, Pitocin, Dll.

Uterotonika (oxytocic) merupakan obat-obatan yang mengandung ergonovine, ergometrine atau oxytocin. Obat-obatan ini menyebabkan kontraksi rahim dan pembuluh-pembuluh darahnya. Oxytocic merupakan obat yang penting tetapi berbahaya. Jikalau dipergunakan secara salah, obat ini dapat menimbulkan kematian ibu atau bayinya di dalam kandungan. Jikalau dipergunakan secara benar, kadangkala obat ini dapat menyelamatkan kehidupan. Berikut ini adalah petunjuk penggunaan yang benar.

1.Untuk mengatasi perdarahan setelah melahirkan.
Penggunaan dengan tujuan ini adalah yang paling penting. Pada kasus perdarahan hebat setelah URI (placenta) keluar, suntikan satu ampul 0.2 mg ergonovine (atau berikan dua tablet 0.2 mg) atau ergometrine maleat (ergotrate, dan lain-lainnya) setiap jam selama 3 jam atau sampai perdarahan dapat diatasi, teruskan dengan 1 ampul (atau 1 pil) setiap 4 jam selama 24 jam. Jika tidak ada ergonovine atau jika perdarahan hebat dimulai sebelum URI lahir, suntikkan oxytocin (Pitocin).

PENTING; Setiap calon ibu dan bidan harus sudah menyiapkan ampul-ampul ergonovine secukupnya untuk menghadapi perdarahan yang hebat jika terjadi. Akan tetapi, obat-obatan ini hanya boleh dipergunakan dalam keadaan berbahaya.

2. Membantu mencegah perdarahan hebat setelah melahirkan.

Seorang wanita yang pernah menderita perdarahan hebat setelah persalinannya, boleh diberikan 1 ampul (atau 2 pil) ergonovine segera sesudah uri keluar, dan setiap 4 jam selama 24 jam berikutnya.

3. Untuk mengatasi perdarahan pada keguguran. Penggunaan oxytocic dapat menimbulkan bahaya dan hanya seorang petugas kesehatan yang terlatih boleh menggunakannya. Namun, jika ibu mengalami kehilangan darah yang banyak karena perdarahan yang cepat sedangkan pertolongan dokter sukar diperoleh, gunakanlah oxytocic sebagaimana dianjurkan di atas. Oxytocin (Pitocin) mungkin yang terbaik.

PERINGATAN: Penggunaan Ergotrate, Pitocin atau Pituitrin untuk mempercepat persalinan sangat berbahaya baik bagi ibu maupun anak-anaknya. Biasanya oxytocic jarang sekali diperlukan sebelum bayi dilahirkan, dan sebaliknya hanya seorang bidan terlatih yang boleh menggunakannya. Jangan memakai oxytocic sebelum bayi dilahirkan!

Tidak ada obat yang aman untuk memberikan kekuatan kepada ibu atau untuk mempercepat atau mempermudah persalinan. Jika anda ingin agar ibu memiliki kekuatan yang cukup selama persalinan, anjurkan kepadanya untuk makan makanan pelindung dan pembentuk tubuh selama 9 bulan kehamilannya. Juga anjurkan agar ibu lebih jarang melahirkan anak. Sarankan supaya ia tidak hamil lagi sebelum ia mempunyai cukup waktu untuk memperoleh kembali kekuatan sepenuhnya.

Referensi
Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan Oleh Harry Oxorn & William R. Forte

Partus Lama Dan Partus Terlantar

Pada umumnya, perjalanan persalinan normal dengan P3 adekuat akan berlangsung aman spontan belakang kepala.
a. Primigravida : 18 jam
b. Multigravida : 12-14 jam

Partus lama adalah perjalanan persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam, tetapi belum menimbulkan komplikasi maternal atau fetal.

Partus kasep atau terlantar
a. Perjalanan persalinan yang telah menimbulkan komplikasi pada maternal dan fetal.
b. Ada kemungkinan terjadi kurang dan 24 jam atau lebih.
c. Komplikasi persalinan yang mungkin timbul

- Komplikasi maternal
1. Dehidrasi
• Tampak kelelahan
• Nadi meningkat, tensi mungkin normal atau telah turun.
• Temperatur meningkat

2. Pemeriksaan abdomen
• Kembung (meteorisme)
• Dinding abdomen dehidrasi
• Bagian janin terendah terfiksir

3. Pemeriksaan dalam
• bagian terendah janin terfiksir;
• terdapat kaput suksedaneum;
• serviks edema;
• air ketuban bercampur mekoneum.

- Komplikasi janin
1.Detik jantung janin mengalami gangguan, dapat terjadi takikardi sampai bradikardi.
2.Pemeriksaan dengan
• NST atau OCT menunjukkan asfiksia intrauterin.
• Pemeriksaan sampel darah kulit kepala menuju pada anaerobik metabolisme dan asidosis.

d. Tindakan pada partus terlantar (neglected labour)
- Dilakukan rehidrasi untuk memulihkan keseimbangan cairan maternal dan fetalis.

- Dilakukan resusitasi internal
• Perubahan posisi tidur
• Diberikan 02 sebanyak 6-7 liter per menit
• Kalau perlu dilakukan infus intrauterin untuk mengurangi tekanan terhadap tali pusat.

- Akhirnya terminasi kehamilan dengan teknik sesuai dengan hasil pemeriksaan sehingga masih dapat tercapai well born baby serta well health mother.

Referensi

Kepaniteraan Klinik Obsterri & Ginekologi

Komplikasi Plasenta Manual

Plasenta akan lahir dalam waktu sekitar 10-15 menit setelah janin lahir. Pada beberapa kasus diperlukan pertolongan persalinan plasenta dengan jalan manual, artinya melahirkan plasenta dengan memasukkan tangan ke dalam rahim dan mengeluarkannya. Indikasi (petunjuk) untuk melakukan persalinan manual plasenta di antaranya terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir, plasenta belum lahir setelah ditunggu 1/2 jam, pada pertolongan persalinan dengan tindakan operasi, kelainan implantasi plasenta. Komplikasi persalinan plasenta dengan manual di antaranya:

a. Perdarahan yang disebabkan oleh:
• atonia uteri sehingga pembuluh darah terbuka;
• sisa-sisa kotiledon yang tertinggal sebagai sumber perdarahan karena mengganggu kontraksi otot rahim;
• trauma tindakan;
• plasenta adesiva, akreta, atau inkreta.

b. Trauma tindakan yang menimbulkan:
• robekan uteri;
• kolporeksis;
• robekan vagina;
• robekan perineum meluas.

c. Infeksi, yang disebabkan oleh:
• infeksi bakteri secara asendens;
• adanya laserasi yang berfungsi sebagai pintu masuk infeksi;
• adanya sisa-sisa kotiledon/membran;
• keadaan umum yang menurun karena perdarahan.

Oleh karena itu persalinan plasenta manual sebaiknya dihindari kecuali atas dasar indikasi yang tepat.

Referensi
- Kepaniteraan Klinik Obsterri & Ginekologi
- Memahami Kesehatan reproduksi wanita ed 2 Oleh dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, Sp.OG, dr. Ida Bagus gde Fajar Manuaba, Sp.OG & Prof. Manuaba

Penyakit gusi aman diobati selama kehamilan

Penyakit gusi (Gum disease) dapat dengan aman diobati selama kehamilan dan secara signifikan mengurangi risiko kelahiran prematur yang terkait dengan penyakit periodontal, menurut laporan peneliti Pennsylvania dalam British Journal of Obstetrics and Gynecology.

Penyakit gusi adalah masalah tertentu selama kehamilan, biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang memperburuk jaringan gusi sehingga meradang kronis. Perubahan hormon muncul membuat wanita hamil lebih rentan terhadap penyakit, namun terapi tetrasiklin berbasis standar tidak dianjurkan karena risiko untuk bayi.

Rujukan kepada dokter gigi sangat dianjurkan jika wanita hamil menderita Gum disease.

Referensi: Periodontal infection and preterm birth: successful periodontal therapy reduces the risk of preterm birth - BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology

Senin, 11 Oktober 2010

Malaria Pada Kehamilan

Malaria berat adalah penyakit malaria akibat infeksi Plasmodium falciparum yang disertai dengan gangguan di berbagai sistem/organ tubuh. Kriteria diagnosis malaria berat yang ditetapkan WHO, yaitu adanya satu atau lebih komplikasi, seperti malaria serebral/otak; anemia berat; gagal ginjal akut; edama paru; hipoglikemia (kadar gula <40 mg%); syok; pendarahan spontan dari hidung, gusi, dan saluran cerna; kejang berulang; asidemia dan asidosis (gangguan asam-basa di dalam tubuh berupa penurunan pH darah); serta hemoglobinuria makroskopik (adanya darah dalam urine).

Infeksi malaria falciparum pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia pada ibu dan janinnya, serta bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Komplikasi infeksi malaria pada kehamilan dapat berupa abortus, bayi dengan berat badan lahir rendah, anemia, edame paru (sembab atau penimbunan cairan di jaringan paru-paru), gangguan fungsi ginjal, dan malaria kongenital. Oleh karena itu, pemberian obat pencegah malaria pada ibu hamil yang tinggal di daerah endemis malaria sangat penting.

Meskipun hanya 1-2% penderita malaria falciparum yang mengalami malaria berat, tetapi malaria berat (terutama malaria serebral) sering menimbulkan kematian sekurang-kurangnya dua juta orang setiap tahun di seluruh dunia.

Telah terbukti keempat spesies Plasmodium dapat menimbulkan abortus. Parasit dapat menembus plasenta jika terdapat kerusakan pada plasenta sehingga terjadi malaria kongenital walaupun jarang terjadi, biasanya terjadi di daerah endemik, oleh Plasmodium falciparum. Lebih sering terjadi pada ibu yang tidak imun, biasanya berasal dari daerah tidak endemik. Plasenta biasanya dipenuhi oleh skizon Plasmodium falciparum. Menurut basil penelitian Madecki dan Kretschmar (1966), dari hasil pemeriksaan darah ibu, umbilikus selama melahirkan dan bayi dalam 5 jam setelah lahir, menunjukkan malaria kongenital biasanya konatal, yaitu malaria didapatkan selama melahirkan.

Olahraga yang Paling Cocok untuk Kehamilan

Berenang adalah olahraga nomor satu yang dianjurkan oleh dokter selama kehamilan. Anda bisa meningkatkan kebugaran jantung dan pembuluh darah tanpa khawatir mendapat cedera. Anda bisa istirahat dan mengapung saat Anda menginginkannya. Anda bisa berenang sejak pembuahan hingga hari persalinan. Anda bisa melatih pernapasan dan kecil kemungkinannya, Anda terkena panas berlebihan ketika berada di dalam kolam.

Berjalan kaki adalah olahraga rutin lain yang sangat dianjurkan selama hamil. Ini merupakan olahraga low-impact, lembut bagi tubuh, dan tidak akan mencederai sendi. Ini merupakan alternatif yang baik dari lari. Jika dilakukan dengan benar, bentuk dan tujuan yang tepat, akan sama membugarkannya seperti lari. Berjalan juga baik untuk meredakan stres. Namun, pastikan Anda sudah mengosongkan kandung kemih sebelum Anda berangkat ke luar dan hindari berjalan di cuaca yang sangat panas dan lembap. Berjalan juga saat yang baik untuk memperbaiki postur.

Mengayuh sepeda juga baik dilakukan ketika Anda hamil. Mungkin yang paling aman adalah sepeda stasioner karena Anda tidak bisa jatuh dan mencederai diri. Hindari peningkatan denyut jantung yang lebih dari 14o denyut per menit. Bersepeda tidak membebani sendi dan ligamen, tetapi memberi kebugaran aerobik. Pastikan bahwa sepedanya cocok untukAnda dan nyaman digunakan. Ketika kehamilan berlanjut, Anda mungkin hams mengubah posisi mengayuh Anda.

Bila Anda melakukan latihan aerobik, Anda akan menemukan bahwa semakin kehamilan berlanjut, semakin sulit Anda melakukan olahraga ini. Tubuh yang sedang berubah membuat Anda harus memodifikasi beberapa latihan untuk menghindari cedgra atau ketidaknyamanan. Jangan melakukan senam perut sesudah bulan ke-4. Pastikan bahwa pelatih Anda berkualifikasi untuk mengajar perempuan hamil dan perhatikan terus denyut jantung Anda. Aerobik low-impact adalah yang terbaik. Pastikan bahwa Anda mengikuti petunjuk olahraga selama hamil yang telah disebutkan sebelum ini. Anda bisa mengikuti kursus senam pralahir yang akan memberi kesempatan bagi Anda untuk bertemu dengan perempuan hamil lain dan mempunyai teman baru.

Latihan beban adalah pelengkap bagi latihan aerobik di atas. Latihan ini menguatkan dan membugarkan otot—yang menjadi sangat penting selama hamil. Segera setelah bayi lahir, Anda akan tahu betapa Anda membutuhkan otot lengan dan punggung yang kuat. Anda boleh melakukan latihan beban, tetapi gunakan beban yang ringan sampai menengah. Jangan lakukan latihan yang menekan otot punggung bawah dan perut. Pastikan Anda bernapas dengan benar dan melakukan pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudahnya.

Ketika tubuh Anda berubah, program pengangkatan beban atau pembugaran otot juga harus berubah. Ingat! Anda berolahraga bukan untuk membentuk tubuh, melainkan untuk menjaga kebugaran dan tonus otot.

Pastikan Anda melakukan peregangan, pemanasan, dan pendinginan, sebelum dan sesudah olahraga. Jika tidak, Anda berisiko mengalami cedera. Pemanasan bisa dilakukan dengan jalan santai sebelum Anda jalan cepat atau berenang santai sebelum Anda berenang cepat. Lanjutkan pemanasan dengan peregangan. Dengan lembut, lakukan peregangan pada otot-otot hesar yang akan Anda gunakan untuk berolahraga. Misalnya, untuk olahraga lari, Anda akan meregangkan otot betis, lutut, dan kaki terlebih dulu. Lakukan kegiatan pendinginan setelah olahraga. Hal ini akan melambatkan denyut jantung secara bertahap dan mengurangi sakit otot. Sebagai contoh, lakukan kembali berenang santai, kemudian akhiri dengan peregangan lagi.

Karena Anda sedang hamil, sangat penting untuk melakukan pemanasan, pendinginan, dan peregangan. Hal ini akan membantu tubuh Anda dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan olahraga, mengistirahatkannya, dan mempersiapkannya. Selain itu, juga akan menghindarkan Anda dari risiko cedera. Jadi, layak diberi waktu.
Bila Anda tidak suka senam, ada berbagai alternatif untuk menguatkan dan membugarkan tubuh. Cobalah yoga atau Tai Chi.

Hindari olahraga yang bisa mencederai perut. Hindari permainan dengan bola, seperti sepakbola, tenis, atau hoki. Hindari tinju dan anggar. Hindari senam lantai dan seluncur es karena ada risiko jatuh. Hindari selam. Hindari panjat tebing. Hindari seluncur. Hindari ski dan olahraga air. Kegiatan lain, seperti mendaki gunung, mendayung, dan kano serta olahraga musim dingin hanya boleh dilakukan bila Anda telah berpengalaman sebelumnya dan Anda bisa memodifikasi programnya sesuai dengan keadaan Anda.

Berlari kecil (joging) biasanya boleh dilanjutkan selama hamil, asalkan Anda sudah terbiasa melakukannya dan tidak mengubah lari kecil menjadi lari cepat. Sebenarnya, lari cukup aman selama Anda mau melakukan perubahan yang perlu. Jika Anda belum pernah lari, sekarang bukan saat yang tepat untuk memulai. Pemanasan dan pendinginan yang benar, serta peregangan sebelum dan sesudah lari kecil, sangatlah penting. Pastikan Anda berlari di area yang aman dan dekat dengan kamar mandi! Pada kehamilan lanjut, Anda mungkin menemukan bahwa lari terlalu membebani sendi karena berat tubuh sudah bertambah. Anda mungkin ingin mengombinasikan lari kecil dengan berjalan kaki.

Sumber Pustaka
Manajemen Berat Badan Kehamilan Oleh Theresa Francis-Cheung

Jumat, 08 Oktober 2010

Salpingo-ooforitis dan Parametritis

Salpingo-ooforitis adalah infeksi pada ovarium dan tuba fallopi. Parametritis adalah infeksi pada parametrium. Parametrium adalah jaringan renggang yang ditemukan di sekitar uterus. Jaringan ini memanjang sampai ke sisi-sisi serviks dan ke pertengahan lapisan-lapisan ligamen besar.

Diagnosis:
Salpingo-ooforitis: demam, nyeri bilateral, dan nyeri tekan di bagian bawah abdomen.Untuk menemukan ada tidaknya nyeri lepas, lakukan palpasi pada abdomen kemudian lepaskan tangan anda secara mendadak jika terjadi peradangan peritoneal, hal itu akan menyebabkan nyeri.

Parametritis: demam, nyeri atau nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen, nyeri tekan yang cukup terasa ketika pemeriksaan vagina.

Penanganan salpingo-ooforitis atau parametritis:
Mulai dengan antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metronidazol.
Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6jam.
Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah.

Referensi
Safe Matherhood : Sepsis Puerperalis Materi Pendidikan Kebidanan

Penanganan Komplikasi Peritonitis

Peritonitis menyeluruh adalah peradangan pada semua bagian peritonium. Ini berarti baik peritoneum parietal, yaitu membran yang melapisi dinding abdomen, maupun peritoneum viseral, yang terletak di atas visera atau organ-organ internal, meradang.

Diagnosis:
Penting untuk mengetahui cara mengenali peritonitis. Peritonitis dan/atau abses multipel di dalam abdomen dapat muncul setelah seksio sesaria atau ruptur uterus atau boleh jadi merupakan suatu komplikasi dan sepsis puerperalis.

Selain demam, tanda-tanda dan gejala berikut ini juga muncul:

- nyeri lepas
- nyeri abdomen
- abdomen berdistensi 3-4 hari
- muntah
- bising usus lemah
- diare.

Penanganan peritonitis menyeluruh:

Obati secara aktif jika diduga, tanpa menunggu kepastian diagnosis. Mulai dengan antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metronidazol, cairan IV dan analgesik (seperti pethidine 50-100 mg IM setiap 6 jam). Jika tersedia, pasang selang nasogastrik (NGT) dan aspirasikan isi lambung. Pastikan bahwa ibu segera dibawa ke tingkat rujukan yang lebih tinggi yang memiliki pertolongan medis/bedah terampil.

Referensi
Safe Matherhood : Sepsis Puerperalis Materi Pendidikan Kebidanan

Polip Endometrium

Polip endometrium ditandai dengan adanya perdarahan abnormal per vaginam, paling umum menometroragia atau perdarahan bercak ringan pasca menopause. Polip tcrjadi dari umur 29-59 tahun dengan kejadian terbanyak setelah umur 50 tahun. Insiden popil tanpa gejala pada wanita pasca menopause kira-kira 10%.

Polip endometrium biasanya terjadi pada fundus dan dapat melekat dengan adanya tangkai yang ramping (bertangkai) atau dasar yang lebar (tidak bertangkai). Kadang-kadang polip prolaps melalui scrviks. Secara makroskopis polip endometrium tampak sebagai massa ovoid bcrukuran beberapa mill- meter hingga beberapa sentimeter, licin seperti beludru berwarna merah hingga coklat. Secara histologis, polip endometrium mempunyai inti stroma dengan jaringan pembuluh darah yang jelas sena permukaan mukosa endometrium yang dapat melapisi komponen glanduler. Polip di bagian distal dapat menunjukkan perdarahan stroma, sel-sel radang, ulerasi dan dilatasi pembuluh darah dilatasi. Kadang-kadang terjadi poliposis multipel. Varian lain yang jarang adalah adenomioma bertangkai (dibedakan dengan adanya pita penjalin otot polos).

Diagnosis banding meliputi mioma submukosa, sisa produk konsepsi yang tertinggal, kanker endometrium dan sarkoma campuran. Polip sensitif terhadap estrogen dan dapat menjadi keganasan yang prognosisnya lebih baik dibandingkan kanker endometrium non polipoid.

Diagnosis mudah dibuat dengan histeroskopi dan pengobatannya adalah eksisi. Tindakan ini mudah dilakukan dengan histeroskopi diikuti kurctase tangkai. Sebuah senar kawat atau gunting dapat digunakan untuk memotong dasar polip yang besar. Untuk menyingkirkan kanker endometrium, lebih baik diambil sampel kanalis endoservikalis dengan kuretase ketika mengangkat polip. Selama dilakukan D C, lakukan eksplorasi kavum uteri dengan forceps polip Overstreet atau yang serupa. Polip cenderung berulang dan histerektomi merupakan terapi definitif tetapi jarang dilakukan untuk polip endometrium jinak.

Referensi
BS Obstetri dan Ginekologi Oleh Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll

Senin, 04 Oktober 2010

Ibu hamil dengan hemoroid

Varises rektum, atau hemoroid, memburuk selama masa hamil akibat relaksasi diperantarai progesteron pada dinding vena, berat uterus, kongesti vena pelvis, dan tegangan konstipasi.

Penatalaksanaan
1. Lakukan anjuran dan nasihat untuk mengupayakan rasa nyaman berikut: Untuk meminimalkan pembentukan hemoroid, cegah konstipasi dengan meningkatkan serat dan minum air sebanyak mungkin. Istirahat dalam posisi miring, yang meningkatkan drainase pembuluh darah di bawah uterus. Tinggikan kaki tempat tidur. Untuk varises jenis apapun, hindari berdiri atau duduk dalam waktu yang lama. Gunakan teknik mengangkat yang benar untuk menghindari mengejan. Lakukan latihan Kegel. Ketika menggunakan toilet, jangan duduk atau mengejan untuk waktu yang lama dan letakkan pijakan di bawah kaki. Lakukan latihan setiap hari. Rendam duduk hangat dapat dilakukan 4-6x/hari selama 15-20 menit, kemudian 1 menit dalarn air dingin (ulangi siklus 2-3x). Tepung jagung atau baking soda yang dimasukkan ke dalam air rendam duduk akan mengurangi gatal, atau tepung jagung dapat digunakan sebagai bedak setelah mandi. Lakukan kompres witch hazel dingin atau es. Hindari bantal 'donat' yang digelembungkan, yang mengganggu drainase sirku1asi. Hindari makanan berbumbu yang dapat mengiritasi hemoroid.

2. Intervensi medis: Preparat H dan analgesik topikal atau antiradang lain dapat dianjurkan.

3. Pengobatan alternatif:
a. Ahli homeopati menganjurkan ohat-obatan untuk hemoroid.
b. Pengobatan Cina: Akupunktur, shiatsu, atau terapi akupresur dapat menyembuhkan hemoroid.
c. Anjuran nutrisi: Coba untuk mengonsumsi vitamin B6, 25 mg, setiap kali makan. Diet dengan kandungan vitamin B tinggi dapat membantu. Vitamin C dianjurkan oleh banyak terapis herbal. Vitamin E dianjurkan oleh Koehler dan Weed. Bioflavonoid dipercaya dapat memperkuat pembuluh kapi1er. Bawang putih dan bawang merah dipertimbangkan merupakan stimulan sirkulasi yang meningkatkan elastisitas pembuluh darah. Okra (semacam kacang- kacangan), soba, oat, biji gandum, dan sayuran berdaun hijau dapat memperkuat sistem sirkulasi secara keseluruhan.

d. Refleksologi: Stimulasi sistem limfatik dan zona usus halus dengan tekanan yang dipertahankan (memiliki efek "sedasi") yang diterapkan pada zona rektum akan menyembuhkan hemoroid, mengurangi ketidaknyamanan dan konstipasi, dan dapat mengurangi pembengkakan.

e. Herbal: Comfrey dapat digunakan sebagai kompres untuk hemoroid.Namun, zat ini dikontraindikasikan selama masa hamil karena efek hepatotoksisnya, kecuali dalam dosis kecil untuk periode terbatas penggunaan eksternal saja. Horse chestnut dikonsumsi secara internal untuk menguatkan dinding vena dan juga digunakan sebagai kompres. Daun plantain dapat meredakan nyeri (113 gr daun ke dalam 1,8 L air yang direndam selama 8 jam, digunakan sebagai rendam duduk), atau salep plantain dapat digunakan. Pilewort spesifik untuk hemoroid. Sebagai astringen yang memperkuat pembuluh darah, pilewort dapat jadikan salep (5 g/100 mL salep) atau supositoria (0,1-1 gram herbal/supositoria), atau dimakan. Teh daun Nettle (1 cangkir/hari) mengandung vitamin C dan bioflavonoid dalam jumlah besar dan meningkatkan elastisitas pembuluh darah. Bawang putih yang dikupas, dibungkus dalam satu lapis kasa dan diminyaki, dapat dimasukkan ke dalam rektum dan dibiarkan selama semalam untuk meminimalkan pembengkakan; atau minyak garlic-infused dapat diberikan secara lokal. Kentang mentah yang diparut juga dapat digunakan sebagai supositoria.

Abses Bartholin

Abses Bartholin adalah suatu kista duktus Bartolin terinfeksi yang disebabkan oleh infeksi gonokokus, basil koliformis atau organisme lainnya.

DATA SUBJEKTIF
Nyerl perineum dapat begitu hebat, sehingga pasien tidak mampu duduk atau berjalan nyaman. Pembengkakan akut yang nyeri terlihat pada tepi lateral bawah orifisium vagina. Iritasi vulva sering menyertai.

DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Vulva: Terdapat massa berfluktuasi, berbatas tegas, sferis, lunak, sangat nyeri tekan yang terletak lateral dan dekat posterior prenulum labiorum pudendi, yang dikelilingi oleh jaringan merah dan nyeri tekan jelas. Labia majora sering edematosa.

PENILAIAN
DIAGNOSIS BANDING
Meliputi abses perirektum.

RENCANA
DATA DIAGNOSTIK TAMBAHAN
Biakan serviks dapat mengidentifikasikan bakteri patogen penyerta.

PENATALAKSANAAN
Biasanya dianjurkan marsupialisasi untuk menghilangkan ketidaknyamanan akut dan untuk memudahkan drainase kontinu kelenjar Bartholin. Insisi dibuat pada mukosa vestibulum dekat lingkaran himen. Insersi suatu kateter Word menjadi tindakan terapi pengganti.

Insisi melalui vestibulum dengan insersi sumbu kasa untuk menjamin drainase yang menghilangkan nyeri akut tetapi disertai dengan angka kekambuhan yang lebih tinggi dibandingkan marsupialisasi.

Pewamaan Gram dan biakan materi purulen membantu identifikasi bakteri patogen. Obat analgesik diresepkan untuk nyeri. Duduk rendam hangat sering menenangkan dan dapat membantu penyembuhan luka.

KEPUSTAKAAN
Friedrich EG: Vulvar disease. W. B. Saunders Company, Philadelphia, 1976

Topik

Penyakit ObsGin (56) Kasus Obgin (43) Perawatan Obstetri (42) kehamilan (27) persalinan (27) Pelayanan Kesehatan Obtetri Ginekologi (21) Kedaruratan Ginekologi (20) Bedah Ginekologi (17) vagina (15) ibu hamil (14) janin (13) Anatomi Obstetri Ginekologi (12) infeksi (11) pertolongan persalinan (11) wanita hamil (11) plasenta previa (10) plasenta (9) proses persalinan (9) bayi (8) bidan (8) menstruasi (8) seksio sesarea (8) Vulva (7) hubungan seksual (7) informed consent (7) pembuluh darah (7) well born baby (7) Serviks (6) asfiksia (6) diabetes melitus (6) distosia (6) endometrium (6) muntah (6) ovarium (6) perineum (6) ultrasonografi (6) usia kehamilan (6) Amnion (5) Syok (5) abortus (5) atonia uteri (5) berat badan (5) estrogen (5) hipertensi (5) medis (5) menarche (5) peritonitis (5) rahim (5) uterus (5) wanita (5) well health mother (5) ASI (4) KPD (4) Ketuban Pecah Dini (4) Primigravida (4) Solusio Plasenta (4) air susu ibu (4) amenore (4) anamnesis (4) antibiotik (4) diagnosis (4) ginekologi (4) hiperemesis gravidarum (4) intervensi (4) kanker serviks (4) kematian ibu (4) kolostrum (4) kontraksi otot (4) melahirkan (4) metabolisme (4) multipara (4) oligohidramnion (4) ovulasi (4) payudara (4) pelayanan kesehatan (4) pengobatan (4) penyakit kandungan (4) pre eklampsia (4) sepsis (4) tekanan darah (4) tumor ovarium (4) usg (4) HIV (3) Hamil Anggur (3) Mola Hidatidosa (3) Morbiditas (3) Mortalitas (3) Perdarahan Antepartum (3) Polihidramnion (3) Preeklamsia (3) Retensio Plasenta (3) Robekan Perineum (3) angka kematian ibu (3) antibiotika (3) aterm (3) berat badan lahir rendah (3) biopsi (3) dehidrasi (3) dispareunia (3) dukun beranak (3) emesis (3) endokrin (3) episiotomi (3) gangguan haid (3) genitalia (3) ginjal (3) hemoroid (3) hidramnion (3) himen (3) histerektomi (3) induksi persalinan (3) infeksi hiv (3) infertilitas (3) kehamilan ektopik (3) kehamilan ganda (3) kelahiran anak (3) kelainan kromosom (3) kemandulan (3) kematian bayi (3) lendir (3) melahirkan bayi (3) mioma uteri (3) nyeri (3) obat obatan (3) patologi anatomi (3) pemeriksaan abdomen (3) penyakit jantung (3) peredaran darah (3) progesteron (3) rektum (3) rumah sakit (3) sectio caesarea (3) sel telur (3) sindrom (3) tiroid (3) tulang belakang (3) uteri (3) AIDS (2) ASI eksklusif (2) Aborsi (2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (2) Amniosentesis (2) Bunyi jantung janin (2) Contraction stress test (2) DJJ (2) EVALUASI (2) Edema (2) Gawat janin (2) Hipotensi berat (2) IUD (2) IUS (2) Inversio Uteri (2) Kanker Rahim (2) Kasus Kedaruratan Ginekologi (2) Ketuban pecah (2) Kontrasepsi (2) Korion (2) Mual (2) Multigravida (2) Partograf (2) Perdarahan post partum (2) Plasenta Manual (2) SOAP (2) abnormal (2) air hangat (2) alergi (2) analisis fase luteal (2) analisis hormonal (2) analisis sperma (2) anamnesa (2) angka kematian ibu dan bayi (2) asuhan antenatal (2) awal kehamilan (2) bakteri patogen (2) bartholin (2) buah anggur (2) bunyi jantung (2) cairan dan elektrolit (2) cairan tubuh (2) cervix (2) denyut jantung (2) depo provera (2) depresi (2) dokter (2) dokumentasi kebidanan (2) epidural (2) fibrinogen (2) gejala (2) gizi ibu hamil (2) haid (2) hamil (2) harapan hidup (2) hipofisis (2) hipotensi (2) hirsutisme (2) hormon (2) hydramnion (2) ibu dan bayi (2) imunisasi (2) infertil (2) infus (2) intrapartum (2) kanker (2) kanker payudara (2) kebidanan (2) kelahiran (2) kelahiran bayi (2) keluarga berencana (2) kematian (2) kematian janin (2) kesuburan (2) kista (2) konsultasi (2) kortikosteroid (2) leukorea (2) lingkungan (2) malnutrisi (2) masa kehamilan (2) mastalgia (2) membran (2) mencegah kehamilan (2) meninggal dunia (2) menyusui (2) merokok (2) metronidazol (2) myoma (2) nekrosis (2) neonatus (2) obstetri dan ginekologi (2) oxytocin (2) pap smear (2) pelayanan medis (2) pelepasan prematur plasenta (2) pelvis (2) penilaian ovulasi (2) penyakit keturunan (2) penyakit malaria (2) perdarahan (2) perinatal (2) perkawinan (2) perkembangan bayi (2) perkembangan janin (2) pernapasan (2) pertumbuhan janin (2) pethidine (2) pil kb (2) pneumonia (2) proses kelahiran (2) prostaglandin (2) pubertas (2) puting susu (2) radiasi (2) rasional (2) sakit kepala (2) sanggama (2) seksual (2) sesak napas (2) sinus urogenital (2) sungsang (2) susu formula (2) syok hipovolemik (2) tekanan (2) teknologi kedokteran (2) tempat tidur (2) tenaga kesehatan (2) tentang kehamilan (2) terapi antibiotik (2) testosteron (2) tipis (2) trombosit (2) tuba (2) tuberkulosis (2) tumbuh kembang bayi (2) tumor (2) vaksin (2) vasa previa (2) 10 Langkah Menuju Rumah Sakit Sayang Bayi (1) ABC (1) AKDR (1) Abortus provocatus (1) Abrupsio Plasenta (1) Amniocentesis (1) Amniotomi (1) Antenatal Screening (1) Aspek hukum dari tindakan abortus buatan (1) Bahaya mioma terhadap kehamilan (1) Beberapa tanda yang menunjukkan kehamilan ganda (1) Bentuk plasenta yang tidak serasi (1) CMI Tender Touch (1) CST (1) Cancer Surgery (1) Cara melakukan IMD (1) Cervidil (1) Changing Childbirth (1) Chorionic Villous Sampling (1) Cystotec (1) DIC (1) Diabetes maternal (1) Diameter biparietalis (1) Diameter bitemporalis (1) Diameter occipitofrontalis (1) Diameter submentobregmatica (1) Diameter suboccipitobregmatica (1) Diameter verticomentalis (1) Doppler Warna dan Berpulsa (1) Early rupture of membrane (1) Edema Vulva (1) Endometrial Cancer (1) Episode depresi pascanatal (1) Eritroblastosis fetalis (1) Estriol urine (1) Female Pelvic Anatomy (1) Gambaran klinik tetanus neonatorum (1) Gambaran klinis depresi pascanatal (1) Gangguan hormon (1) Glomerulonefritis (1) Gum disease (1) Haid Abnormal (1) Hematokrit (1) Hematoma Vagina (1) Hematoma vulva (1) Hiperoksigenasi (1) Hitung Leukosit (1) Hormon Chorionic Gonadotropin (1) IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA (1) IMD Setelah Bedah Cesar (1) IMPLEMENTASI (1) IUD copper (1) IUGR (1) Imunoglobulin Anti-D (1) Indikasi Episiotomi (1) Indung Telur (1) Infark plasenta (1) Infeksi Pelvis (1) Infeksi Toksoplasma (1) Infertilitas sekunder (1) Inkompatibilitas rhesus (1) Inkompetensi serviks (1) Inkontinensia Uteri (1) Insulisiensi placenta (1) Intra Uterine System (1) Istilah Kebidanan (1) Jenis pemeriksaan Mola Hidatidosa (1) Kasus hamil anggur (1) Kauterisasi tuba falopii (1) Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri (1) Kehamilan prekoks (1) Kelahiran dengan berat bayi lahir rendah (1) Kelainan Air Ketuban (1) Kelainan kelenjar pankreas (1) Kelainan kelenjar tiroid (1) Kelainan kongenital (1) Kerugian Kontap (1) Keuntungan Episiotomi (1) Keuntungan Kontap (1) Konsep Dasar Asuhan Antenatal (1) Konsep rooming in (1) Kontrasepsi IUD (1) Kordosentesis (1) Korioangioma (1) Kurangi aktivitas uterus (1) Kutil vulva (1) Leiomioma Degenerasi Merah (1) Lingkup asuhan kebidanan (1) Lobus succenturiate (1) Malaria berat (1) Manfaat IMD (1) Masa pemulihan (1) Memperbaiki fungsi kerja organ-organ tubuh (1) Mengurangi tekanan pada janin (1) Metode kuretase (1) Metode tindak lanjut (1) MgSO4 (1) Mixedema (1) Mola kruenta (1) Mola tuberosa (1) Morbus basedowi (1) Nilai Skor Bishop (1) Observasi bayi (1) P3 (1) PASG (1) PID (1) Parametritis (1) Partus Terlantar (1) Partus kasep (1) Partus lama (1) Pastikan diagnosis (1) Pelvic Lymphadenectomy (1) Pembengkakan vulva (1) Pemeriksaan Fisik (1) Penapisan Antenatal (1) Pengobatan Hamil Anggur (1) Pengukuran-serf ultrasonik (1) Penyakit gusi (1) Penyakit sinaga (1) Perbaiki hipotensi (1) Perbaiki ketidakseimbangan metabolik (1) Perdarahan Kanker Serviks (1) Persalinan percobaan (1) Pil KB Kombinasi (1) Plasenta berbentuk cincin (1) Plasenta bipartite (1) Plasenta ekstrakorialis (1) Plasenta fenestrasi (1) Plasenta sirkummarginal (1) Plasenta sirkumvalata (1) Postmortem caesarean (1) Posyandu (1) Primum noncere first do no harm (1) Prinsip dasar kehamilan dan mioma uterus (1) Prolaps Uteri (1) Prolapsus litniculus umbilicalis (1) Pruritus vulva (1) Radical Hysterectomy (1) Radical vaginal trachelectomie (1) Referensi teknik pemeriksaan fisik (1) Rekanalisasi Kontap (1) Riwayat Kesehatan (1) Riwayat haid (1) SC (1) Salpingo-ooforitis (1) Sasaran pengembangan desa siaga (1) Seksio sesarea pada kombinasi hamil dan mioma uteri (1) Siapkan tenaga keadaan darurat (1) Sikatriks Vulva (1) Sindroma Down (1) Sindroma HELLP (1) Spermatogenesis defektif (1) Suhu (1) Suhu Basal Tubuh (1) Suntik KB (1) Susuk KB (1) Teknologi Obstetri (1) Terapi hormon (1) Test nonstress (1) Toksikum eritema (1) Torsi tumor adneksa (1) Trachelectomie (1) Trauma dada (1) Trisomy 13 (1) Trisomy 18 (1) Trombosis pembuluh darah janin (1) Tujuan rumah sakit sayang bayi (1) Tujuan umum desa siaga (1) Tumor Adneksa Permagna (1) Ubah posisi ibu (1) Varises vena (1) WHO (1) abdomen (1) abdominal contents (1) ablasio plasenta (1) abortus spontan (1) adrenalin (1) aerobik (1) aesculapius (1) agenesis (1) air bersih (1) alkoholik (1) allantois (1) american cancer society (1) amniosintesis (1) ampicillin (1) ampul (1) ampula (1) anabolik (1) analgesik (1) anc (1) androgen (1) andrologi (1) anemia (1) anemia berat (1) anemia pada ibu hamil (1) aneuploidi (1) angka kematian (1) angka kematian bayi (1) anomali (1) anomali kongenital (1) anovulatoir (1) ante natal care (1) antenatal care (1) anti hipertensi (1) antihistamin (1) antineoplastic agents (1) apotek (1) apusan Papanicolaou (1) areola (1) asam basa (1) asfiksia neonatorum (1) asinklitismus (1) asites (1) asma (1) aspirasi pneumonia (1) aspirin (1) aturan Nagele (1) ayah (1) ayurvedic college (1) bartolin (1) batasan (1) batuk (1) bayi bayi (1) bayi kembar (1) bcg (1) benadryl (1) berat badan bayi (1) berenang (1) berhenti merokok (1) bersih dan sehat (1) bina keluarga balita (1) bkkbn (1) blighted ovum (1) blood sampling (1) bnf (1) bokong (1) breech presentation (1) broad spectrum antibiotics (1) buah buahan (1) bunuh diri (1) cacar air (1) cacat bawaan (1) cacing tambang (1) cairan (1) calcitonin gene (1) caput succedaneum (1) carcinoma (1) cedera saraf kranialis (1) cemas (1) cephal hematom (1) cervical cancer (1) charting by exception (1) chignon (1) chorioamnionitis (1) chorionic gonadotropin (1) ciri (1) ciri-ciri desa siaga (1) clostridium welchii (1) complete mole (1) cross match (1) ct scan (1) ctg (1) cuci tangan (1) cul de sac (1) curcuma domestica (1) daging (1) darurat (1) decrement (1) demam (1) demam berdarah (1) demerol (1) depot medroxyprogesterone acetate (1) desa siaga (1) desidua (1) developmental disorder (1) dewa (1) diagnosis tuba falopii (1) diameter kepala janin (1) diazepam (1) dilator (1) displasia (1) distosia bahu (1) distribusi (1) dna (1) dokter anak (1) donor darah (1) doptone (1) downward trend (1) dystocia (1) early pregnancy factor (1) ekstraksi (1) ekstrauterin (1) emansipasi wanita (1) emboli (1) emosi (1) endometriosis (1) endometritis (1) ensefalitis (1) enukleasi mata (1) epididimis (1) epinefrin (1) ergometrine (1) ergotrate (1) eritrosit (1) erythroblastosis (1) erythromycin (1) escherichia coli (1) etik (1) etika profesi (1) evaporasi (1) evisceration (1) fecal odor (1) fenomena tromboembolik (1) fetal alcohol effects (1) fetal alcohol syndrome (1) fetal heart rate (1) fetoscope (1) fibrosis (1) figure of eight (1) filament nylon (1) filsafat (1) fimbriae (1) fistula (1) flowsheet (1) foetus compressus (1) foetus papyraceus (1) footling presentation (1) formalin (1) formula 3 (1) fosfor (1) four pillars (1) frank breech (1) freenulum linguae (1) frekuensi (1) fsh (1) ft3 ft4 (1) fundus (1) fungsi ginjal (1) funiculus (1) gagal ginjal (1) galaktosa (1) gangguan asam-basa (1) gangguan metabolisme (1) gangguan pernapasan (1) gap junction (1) gas exchange (1) gejala kanker rahim (1) gejala kehamilan (1) gelombang bunyi (1) genetalia (1) genetika (1) genital (1) gerakan janin (1) gizi dan istirahat (1) gizi masyarakat (1) glukosamin (1) gram negatif (1) granulosa (1) gula garam (1) halotan (1) hambatan pertumbuhan janin (1) hamil di luar nikah (1) handuk (1) hari pertama haid terakhir (1) health (1) hemangioma (1) hemangioma plasenta (1) hematoma (1) herbal vitamin (1) herpes (1) herpes genitalis (1) herpes simpleks (1) hidrosefalus (1) high risk pregnancy (1) hiperkeratosis (1) hiperplasia (1) hipertensi kehamilan (1) hipertiroidismus (1) hipnotis (1) hipoglisemia (1) hipoksia (1) hipotermia (1) hipotiroidismus (1) hipovolemia (1) histamin (1) holistik (1) hormon estrogen (1) hormon levonorgestrel (1) hormon tiroid (1) hpv (1) hubungan dokter (1) hukum (1) human being (1) hymen (1) ibu kartini (1) ibu melahirkan (1) ilmu kebidanan (1) ilmu pengetahuan dan teknologi (1) immunoassay (1) impending eklamsia (1) increment (1) induction of labor (1) indurasi (1) infeksi saluran kemih (1) infiltrasi (1) inseminasi buatan (1) insulin diabetes (1) intestinal peptide (1) intra uterine growth retardation (1) iud paragard (1) jagung (1) jantung (1) jaringan epitel (1) journal of obstetrics (1) kalangan remaja (1) kanker endometrium (1) kardiovaskular (1) kariotipe (1) kateter (1) kateter Foley (1) kawin (1) keamanan (1) kecemasan (1) keguguran (1) kehamilan kembar (1) kehamilan pada remaja (1) kehamilan pertama (1) kejang otot (1) keju (1) kekurangan kalsium (1) kekurangan vitamin (1) kelainan serebrovaskular (1) kelamin (1) kelenjar hipofisis (1) kelenjar pituari (1) kelenjar tiroid (1) kemaluan (1) kematian bayi baru lahir (1) kematian ibu hamil (1) kembar siam (1) kemoterapi (1) keperawatan (1) kepribadian (1) keputihan (1) keracunan kehamilan (1) kernikterus (1) kesehatan (1) kesehatan bayi (1) kesehatan lingkungan (1) kesehatan masyarakat (1) kesehatan reproduksi (1) keseimbangan cairan dan elektrolit (1) kista ovarium (1) kistadenokarsinoma serasa (1) klamidia (1) klinik (1) klinik bersalin (1) klitoris (1) klostridium tetani (1) kolagen (1) koma (1) komplit (1) konduksi (1) konsepsi (1) konsultasi dokter (1) kontrasepsi hormonal (1) konveksi (1) korioamnionitis (1) korona radiata (1) korpus (1) korteks (1) kreatinin (1) kromosom (1) kronik (1) kronis (1) kualitas hidup (1) kurang darah (1) kurang gizi (1) kuret (1) kutukan (1) labia mayora (1) labia minora (1) laboratorium (1) lactobacilus (1) lafal sumpah dokter (1) laki laki (1) laktosa (1) laminaria stift (1) lasenta membranosa (1) lepra (1) liberalisasi (1) lintah (1) lokia (1) lumen (1) luteinizing hormone (1) magnetic resonance imaging (1) makanan bergizi (1) makanan tambahan (1) malaria (1) malaria falciparum (1) malaria kongenital (1) malaria serebral (1) malpraktek (1) masa nifas (1) masalah kehamilan (1) masker bag-valve (1) maternity care (1) maturitas (1) medroxyprogesterone (1) megap (1) meig (1) meig syndrome (1) mekonium (1) meneteki (1) mengandung (1) menghisap (1) menikah (1) meningitis (1) menometroragia (1) menopause (1) menorrhagia (1) merangsang (1) metabolisme tubuh (1) metastasis (1) metil salisilat (1) metode kontrasepsi (1) midwifery (1) mielin (1) migrain (1) migren (1) minyak kelapa (1) misoprostol (1) mobilitas (1) mongolisme (1) moniliasis (1) mood swing (1) morning sickness (1) mortality rate (1) moulage (1) multiple pregnancy (1) mulut (1) national maternity hospital (1) natrium (1) neglected labour (1) neisseria gonorrhoeae (1) neuralgia (1) nimo (1) non stress test (1) nutrisi (1) nutrisi untuk janin (1) nyaman (1) nyeri haid (1) nyeri otot (1) nyeri persalinan (1) nyeri punggung (1) obat kencing manis (1) oksitosin (1) olahraga (1) oligospermia (1) ostium (1) ostium uteri internum (1) otot (1) ovariotomi (1) overstreet (1) ovulatoir (1) parametrium (1) parathyroid (1) parathyroid hormone-related peptide (1) pars (1) partial mole (1) partogram (1) partus (1) pasca (1) patogen (1) pelecehan seksual (1) pelvic inflammatory disease (1) pemasangan chest tube (1) pembekuan darah (1) pembengkakan payudara (1) pembiakan (1) pemeriksaan bakteriologi (1) pemeriksaan pap smear (1) pendarahan (1) pendarahan rahim abnormal (1) pendarahan spontan (1) penelitian (1) pengetahuan (1) pengobatan alternatif (1) penicillin (1) penisilin (1) penyakit (1) penyakit diabetes (1) penyakit diare (1) penyakit genitalia (1) penyakit gula (1) penyakit infeksi (1) penyakit kanker (1) penyakit kencing manis (1) penyakit menular seksual (1) penyakit paru paru (1) penyakit psikiatrik pascanatal (1) penyebaran infeksi (1) penyediaan air bersih (1) perawatan bayi (1) perawatan paliatif (1) perawatan tali pusat (1) perdarahan aksidental (1) perhiasan (1) perilaku seksual remaja (1) perimenopause (1) perinatologi (1) perineotomi (1) peritonium (1) perkembangan janin dalam rahim (1) persalinan lama (1) persalinan per vaginam (1) persalinan prematuritas IUGR (1) persalinan terlantar (1) pertumbuhan tulang (1) pertumhuhan janin terhambat (1) perut (1) pheromones (1) pitocin (1) placenta (1) plasenta difusa (1) plasenta dwilobus (1) plasenta letak rendah (1) plasmodium falciparum (1) pneumatic anti-shock garment (1) polip (1) polip endometrium (1) portio (1) posisi (1) preeklamsi berat (1) prematur (1) premature rupture of membrane (1) prevost (1) pria (1) primipara (1) progestin (1) program Kontap (1) prolaktin (1) proses kehamilan (1) proses menstruasi (1) proses penyembuhan luka (1) prostaglandin e2 (1) protein c (1) protrusion (1) psikolog (1) psikologi (1) pt ptt (1) pubarche (1) pubis (1) puerperalis (1) puerperium (1) puting (1) radang (1) radang paru paru (1) radiologi (1) rawat inap (1) refleksologi (1) releasing hormone (1) reproduksi (1) resiko (1) resistensi insulin (1) resusitasi (1) rhesus negatif (1) rhesus positif (1) rhogam (1) rigor mortis (1) rileks (1) ringer laktat (1) riwayat menyakiti diri sendiri (1) rubela (1) rumah tangga (1) ruptur (1) safety efficacy (1) saluran napas (1) saluran reproduksi (1) sarkoma (1) sarung tangan (1) savlon (1) sayuran (1) seks pranikah (1) selaput dara (1) sensitif (1) sepeda (1) septum (1) serebral palsi (1) sesak nafas (1) siklus kreb (1) siklus menstruasi (1) sindrom pre-baby blues (1) sindroma Edward (1) sindroma Patau (1) sintosinon (1) sistem pembiayaan kesehatan (1) sistem reproduksi (1) snow flake (1) solusio Burowi (1) sonicaid (1) specimen (1) spermatozoa (1) standar profesi (1) status asmatikus (1) stein leventhal (1) steril (1) sterilisasi (1) stetoskop (1) stetoskop Pinard (1) stomata (1) streptomycin (1) suhu tubuh (1) sumpah dokter (1) suprarenal (1) susu buatan (1) susu ibu (1) tali pusat (1) tanda Naujoke (1) tanda Spalding (1) target goal (1) tay sachs (1) tbc (1) tekanan hidrostatik (1) tekanan intrakranial (1) tekanan osmotik (1) teknologi (1) telapak (1) telarche (1) telor (1) tempat penitipan anak (1) tenaga kerja (1) tengkorak janin (1) terapi (1) termometer (1) test mantoux (1) testis (1) tetanus neonatorum (1) tidur (1) tifus (1) tinospora crispa (1) tokoh kedokteran (1) trakeostomi (1) transfusi darah (1) transvaginal (1) transverse incision (1) trauma (1) treponema pallidum (1) trial of labor (1) trofoblas gestasional (1) tromboflebitis (1) trombosis (1) tumor ganas (1) uji pasca-sanggama (1) ujian darah (1) ujian kompetensi dokter (1) ukcc (1) ukuran payudara (1) ulkus (1) ureter (1) uretra (1) urologi (1) usus buntu (1) uteritonika (1) uterus bikornu (1) vakum (1) vanished twin (1) variabel (1) varikokel (1) vascular bed (1) vasektomi (1) vasoactive intestinal peptide (1) vili korialis (1) virus hpv (1) virus penyakit (1) visera (1) vitamin yang larut dalam lemak (1) vlek (1) vulvar disease (1) waktu subur perempuan (1) wanita bersalin (1) wbc (1) wound closure (1) wound dehiscence (1) yunani (1) zoster (1)