BISNIS BROTOWALI KARENA DIABETES:SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI

Berawal dari riwayat keluarga yang terserang penyakit kencing manis, penulis menemukan suatu ide bisnis. Pada mulanya, dalam mengatasi penyakit yang dikenal juga dengan istilah diabetes ini kami menggunakan obat-obat kimia. Namun, seperti yang sudah kita ketahui, mengonsumsi obat-obatan kimia sangat riskan karena risikonya tinggi. Tidak sedikit kasus yang terjadi, dengan minum obat kimia, kadar gula dalam tubuh malah menjadi sangat menurun. Tentu saja, hal ini menambah penderitaan. Setelah membaca beberapa buku mengenai obat-obatan tradisional, terutama jenis herba, penulis mulai tertarik terhadap brotowali ( Tinospora crispa). Sewaktu mengadakan perjalanan ke perkampungan Sunda untuk mencari brotowali, penduduk yang dijumpai mengatakan bahwa brotowali sangat manjur untuk obat kencing manis. Brotowali yang di daerah Sunda dikenal dengan nama andawali ini cukup direbus bagian batangnya (sekitar 10 cm) dan diminum setiap 3 kali sehari. Hasilnya ternyata sangat menggembirakan. Di samping itu, brotowali sering digunakan oleh seorang ibu yang ingin menyapih anaknya. Caranya cukup dengan mengoleskan air brotowali ke puting susu ibu, sehingga bayi enggan menyusu lagi.

Berangkat dari informasi yang diperoleh dari perkampungan Sunda itulah, penulis mulai menganjurkan pemakaian ramuan brotowali untuk mengobati penyakit diabetes. Berkat keampuhan brotowali, penulis kemudian berpikir untuk mendapatkan cara agar tanaman obat yang menyembuhkan penyakit itu dapat dikemas dalam bentuk obat. Dengan kemasan obat atau suplemen siap saji, seperti kapsul, konsumen yang membutuhkannya akan lebih mudah dalam mengonsumsinya.

Untuk merealisasikan ide itu, penulis mulai memesan sebuah produk obat berbahan brotowali dan kunyit (Curcuma domestica) ke PT Phytochemindo Reksa. Produk itu sekarang dijualnya dengan nama Brotowali Plus.

Berdasarkan hasil penelitian farmakologi, ekstrak brotowali mampu menaikkan kadar insulin plasma sehingga dapat mengendalikan diabetes mellitus. Ekstrak kunyit merupakan suatu antioksidan yang mampu melindungi organ tubuh dari radikal bebas, serta menurunkan kadar kolesterol dan fosfolipid darah. Brotowali Plus merupakan gabungan antara ekstrak brotowali dan ekstrak kunyit yang mampu memperbaiki metabolisme tubuh. Dengan demikian, kadar gula darah dapat diatur seoptimal mungkin. Di samping itu, gabungan ekstrak ini mampu melindungi hati dan pankreas dari radikal bebas.
Setelah dibuat menjadi ekstrak, ternyata lebih banyak orang yang dapat ditolong dari penyakit kencing manis.

Seorang kenalan penulis yang akan menjalani operasi katarak terpaksa harus menunda operasinya gara-gara kadar gula darahnya tinggi. Dokter menyarankan untuk menunda pelaksanaan operasi tersebut, mengingat kondisi tubuhnya itu bisa berakibat buruk. Untunglah, penulis bertemu dengan seorang kawan yang menderita katarak itu. Waktu itu, penulis menyarankan kepadanya agar mengonsumsi produk Brotowali Plus. Syukurlah, setelah mengonsumsi kapsul yang mengandung gabungan ekstrak brotowali dan kunyit, gula darahnya menurun dalam kurun waktu yang relatif cepat. Operasi katarak pun dapat dilaksanakan dengan baik.

Di Indonesia, obat yang berasal dari ekstrak tanaman obat masih sangat sulit untuk berkembang dengan pesat seperti halnya obat kimia. Berbagai syarat dan uji klinis harus dipenuhi sebelum dinyatakan resmi dan boleh beredar di pasaran. Berbeda dengan pengembangan obatobatan tradisional di Negeri Cina. Di sana pemerintah mendanai berbagai uji klinis terhadap berbagai macam tanaman obat.
Manajemen yang diterapkan penulis untuk mengembangkan bisnis Brotowali Plus ini sebenarnya cukup sederhana. Penulis selaku Direktur PT Squalencia Perdana memesan produk kepada perusahaan farmasi yang menjadi rekan bisnisnya. Sementara itu, merek dan manajemen yang terkait dengan produk tersebut dibuatnya sendiri. Selanjutnya penulis juga menunjuk perusahaan lain sebagai distributor, yakni PT Wigo.

Manajemen seperti ini dikenal dengan istilah private label, yakni suatu bentuk kerja sama dalam menciptakan suatu produk dengan proses produksi dan proses manajemen non-produksi dipegang oleh perusahaan yang berbeda. Sistem manajemen seperti ini tentu saja merupakan suatu bentuk kerja sama yang sehat karena menguntungkan semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Pemasaran produk Brotowali Plus sekarang sudah mencapai 28 kota di seluruh Indonesia. Prestasi ini diharapkan akan semakin berkembang di kemudian hari. Produk ini dapat diperoleh di toko obat atau apotek yang tersebar di wilayah Indonesia. Meskipun jalur manajemennya cukup panjang, harga produk kapsul Brotowali Plus ini tidak terlalu membebani konsumen.

Untuk pengembangan pemanfaatan tumbuhan herba, khususnya brotowali, penulis berharap adanya campur tangan positif dari pemerintah. Maksudnya, pemerintah ikut mendukung pemanfaatan dan pengembangan tanaman obat oleh masyarakat secara luas, sehingga hambatan-hambatan yang berkaitan dengan pengembangannya dapat diminimalisasikan atau dihilangkan sama sekali. Hal ini diperlukan agar pengembangan obat tradisional dengan herba mampu menyamai obat kimia. Sangat disayangkan, Indonesia yang memiliki kekayaan tanaman obat kedua terbesar di dunia setelah Brasil ini, pengembangan tanaman obatnya masih sangat kurang. Fenomena yang terjadi sekarang justru tanaman obat ini dibuat untuk tidak berkembang, misalnya dengan cara menetapkan sistem birokrasi perizinan yang berbelit-belit. Akibatnya, publikasi akan khasiat tanaman obat secara formal sulit dilakukan.